Kekuatan musik tradisional Indonesia
Dalam berbagai forum diskusi kebudayaan, akan selalu muncul konsensus umum, yaitu: Kebudayaan Indonesia sungguh kaya raya. Pengertian budaya merupakan aset yang tiada habisnya, tentunya bukan tanpa alasan. Ke mana pun kita pergi, baik di empat penjuru https://longbeardband.com/ Indonesia maupun nusantara, kita akan bertemu dengan budaya, setidaknya budaya dan adat istiadat yang hidup di tempat yang kita tuju, termasuk seni sebagai wujudnya.
kekayaan budaya yang bersangkutan.
Kegiatan bertajuk Promosi Kebudayaan yang digelar pekan ini juga mempertanyakan kesepakatan bahwa budaya memiliki kekayaan yang tiada habisnya. Acara kebudayaan tersebut antara lain: Menjelang Kongres Musik Tradisional Nusantara Tahun 2021 yang berlangsung pada tanggal 20 Agustus 2021, Pasca Pelantikan Pimpinan Daerah Persatuan Nasional Masyarakat Kolintang Sulawesi Utara pada tanggal 28 Agustus 2021, Forum . yang memperjuangkan pengakuan musik Minahasa Kolintang sebagai warisan budaya takbenda di UNESCO,
secara tidak sadar menampilkan kekuatan budaya dan tradisi dalam musik tradisional di Indonesia dan nusantara. Pada Kongres Musik Tradisional Indonesia, penulis yang diundang secara kebetulan karena tidak terlalu mewakili masyarakat Kolintang, mengatakan bahwa apa yang disajikan benar-benar ada dan tumbuh serta berkembang di komunitas Kolintang di seluruh Indonesia, dimana terdapat grup musik kolitang. , baik sanggar atau sanggar, maupun komunitas pemerhati budaya Minahasa di luar negeri. Artinya, pada saat Kongres ini diadakan, permasalahan yang berkaitan dengan pemajuan kebudayaan berkaitan dengan musik.
Kolintang benar-benar mengikuti jejaknya. Hal ini terlihat sejak gendang musik ini ditabuh pertama kali pada tahun 2013 di Cisarua oleh para sesepuh Persatuan Kemanusiaan Nasional Indonesia Kolintang.
Fakta ini menjadi bukti bahwa upaya pemajuan kebudayaan (termasuk tentunya musik Kolintarian sebagai salah satu unsur kebudayaan, maksudnya seni), adalah sebuah drum untuk meneruskan upaya tersebut, untuk terus berbuat sesuatu demi kelestarian musik Kolintarian. Oleh karena itu, atas dasar itulah penulis yang berkesempatan memberikan pandangannya pada pra kongres menjelaskan sedikit tentang kondisi perkembangan musik Kolintangan. Upaya memajukan budaya musik Kolintang juga dimulai pada Sabtu, 28 Agustus 2021 dengan dilantiknya Pengurus Daerah Persatuan Kolintang Nasional Indonesia (PINKAN) – Sulawesi Utara. Peresmian ini juga menggarisbawahi bahwa ada kekuatan tertentu dalam musik tradisional, yang tujuannya bukan hanya agar musik Kolintarian ini semakin bergema, namun yang terpenting adalah menjadikannya “way of life” bagi semua orang (?). Optimisme untuk sukses
“Jalan hidup” tersebut, setidaknya di Minahasa dan Sulawesi Utara, pasti akan terus berlanjut.
Dari uraian singkat tersebut, sebuah tradisi seringkali dianggap “hebat” bahkan seringkali “dimuliakan”, termasuk menjadi pusat perhatian semua pecintanya. Dalam beberapa hal, tradisi berkaitan erat dengan masyarakat dan kehidupan mereka. Tradisi juga seringkali menjadi sesuatu yang “sakral” karena nilai dan maknanya. Meskipun tradisi begitu diagungkan dan disakralkan, kita harus menjadi tuan atas tradisi kita, namun pada saat yang sama menjadi “nabi masa depan”. ‘Menjadi seorang Utusan
Futur’ ingin terbuka terhadap masa depan, terbuka terhadap nilai-nilai modern yang terus berkembang, sehingga yang tradisional bersinergi dengan yang modern.